Kumpulan Tokoh Dunia

 

BAB I

JOHN DEWEY

  1. BIOGRAFHY

            Ia dilahirkan di Burlington Amerika,[1] pada tanggal 20 Oktober tahun 1859 M, dan meninggal 1 Juni 1952 M, di New York.[2]] Sesudah mendapat diploma ujian kandidat, ia 2 tahun menjadi guru  (1879). Tiga tahun kemudian ia menjadi mahasiswa lagi dan mendapat gelar doctor dalam filsafat (1884). Ia diangkat menjadi dosen lalu asisten professor dan kemudian professor di Michingan. Sebagai professor dalam filsafat di Chicago, ia memimpin juga  dibidang Pedagogik dan mendirikan suatu sekolah percobaan untuk menguji dan mempraktekkan teorinya. Sepuluh tahun ia bekerja keras pada universitas ini dan mengumpulkan serta mendidik orang-orang yang akan meneruskan cita-citanya.Pada tahun 1904 sampai 1931 ia bekerja pada Universitas Columbia di New York, disamping memberikan kuliah filsafat ia juga sering di undang oleh berbagai negara untuk memberikan kuliah, seperti : Jepang, China, Turki, Mexico, Rusia, dan Inggris. Dan pada usianya yang ke-93 ia meninggal dunia pada tahun 1952.[3] untuk sebuah keluarga sederhana berarti[4]Seperti kakaknya, Davis Kaya Dewey , ia menghadiri University of Vermont , dari mana dia lulus ( Phi Beta Kappa ) [5]pada tahun 1879. Seorang profesor yang signifikan Dewey di University of Vermont adalah Henry AP Torrey , anak mertua dan keponakan dari mantan Universitas Vermont presiden Joseph Torrey . Dewey dipelajari secara pribadi dengan Torrey antara lulus dari Vermont dan pendaftaran di Johns Hopkins University[6],[7]

            Dalam buku yang dikarang oleh sudarsono yang berjudul ilmu filsafat menyebutkan bahwa :

John Dewey dilahirkan di Burlington pada tahun 1895,Setelah menyelesaikan studinya di Baltimore,ia menjadi guru besar dibidang filsafat dan juga dibidang pendidikan pada Universitas Chicago ( 1895-1904 ) dan akhirnya di universitas Colombia (1904-1921).[8]

 

            Setelah dua tahun sebagai guru sekolah menengah di Oil City, Pennsylvania dan satu sekolah pengajaran dasar di kota kecil Vermont Charlotte, Dewey memutuskan bahwa ia tidak cocok untuk bekerja di pendidikan dasar atau menengah. Setelah mempelajari dengan George Sylvester Morris , Charles Sanders Peirce , Herbert Baxter Adams , dan G. Stanley Hall , Dewey menerima gelar Ph.D. dari School of Arts & Sciences di Universitas Johns Hopkins . Pada tahun 1884, ia menerima posisi fakultas di Universitas Michigan (1884-1888 dan 1889-1894) dengan bantuan George Sylvester Morris . Disertasi yang tidak diterbitkan dan sekarang hilang berjudul “The Psychology of Kant . “

            Pada tahun 1894 Dewey bergabung dengan yang baru didirikan Universitas Chicago (1894-1904) di mana ia mengembangkan keyakinannya pada teori empiris berbasis pengetahuan, menjadi terkait dengan filosofi Pragmatis baru muncul. Waktu di University of Chicago menghasilkan empat esai kolektif berjudul Pemikiran dan Subyek-nya Cetakan , yang diterbitkan dengan karya-karya dikumpulkan dari rekan-rekannya di Chicago di bawah judul kolektif Studi di Teori logis (1903). Selama waktu itu Dewey juga memprakarsai Universitas Chicago Sekolah Laboratorium , di mana ia mampu mengaktualisasikan keyakinan pedagogis yang menyediakan bahan untuk karya besarnya yang pertama pada pendidikan, Sekolah dan Kemajuan Sosial (1899). Perbedaan pendapat dengan pemerintah pada akhirnya menyebabkan pengunduran dirinya dari Universitas, dan tidak lama kemudian ia pindah dekat Pantai Timur. Pada tahun 1899, Dewey terpilih sebagai presiden dari American Psychological Association . Dari 1904 hingga pensiun pada tahun 1930 dia profesor filsafat di kedua Columbia University dan Columbia University Teachers College.[9] Pada tahun 1905 ia menjadi presiden dari Asosiasi American Philosophical . Dia adalah anggota lama dari Federasi Amerika Guru .

            Seiring dengan sejarawan Charles A. Beard , ekonom Thorstein Veblen dan James Harvey Robinson , Dewey adalah salah satu pendiri dari The New School . Tulisan Dewey paling signifikan adalah “Konsep Arc Reflex di Psikologi” (1896), sebuah kritik terhadap konsep psikologis standar dan dasar dari semua pekerjaan lebih lanjut nya; Demokrasi dan Pendidikan (1916), karya terkenal tentang pendidikan progresif; Alam dan Manusia Perilaku (1922), studi tentang fungsi dari kebiasaan dalam perilaku manusia; Publik dan Masalah-nya (1927), pertahanan demokrasi ditulis dalam menanggapi Walter Lippmann ‘s The Phantom Public (1925); Pengalaman dan Alam (1925) , Dewey paling “metafisik” pernyataan; Seni sebagai Pengalaman (1934), pekerjaan utama Dewey pada estetika; A Iman Umum (1934), sebuah studi humanistik agama awalnya disampaikan sebagai Dwight H. Terry Lektor di Yale; Logika: Teori Kirim (1938), sebuah pernyataan dari konsepsi yang tidak biasa Dewey logika; Kebebasan dan Budaya (1939), sebuah karya politik memeriksa akar fasisme, dan Mengetahui dan Dikenal (1949), sebuah buku yang ditulis bersama dengan Arthur F. Bentley yang sistematis menguraikan konsep trans-tindakan, yang merupakan pusat untuk karya yang lain. Sementara masing-masing karya berfokus pada satu tema filosofis tertentu, Dewey termasuk tema utama dalam sebagian besar apa yang dipublikasikan. Ia menerbitkan lebih dari 700 artikel dalam 140 jurnal, dan sekitar 40 buku.

            Mencerminkan pengaruh besar pada abad ke-20 berpikir, Hilda Neatby , pada tahun 1953, menulis “Dewey telah berkunjung ke zaman kita apa Aristoteles adalah ke abad-abad sesudahnya tengah , bukan filsuf, tetapi filsuf.[10]]

            Dewey pertama kali menikah dengan Alice Chipman. Mereka memiliki enam anak.[11]Istri keduanya adalah Roberta Lowitz Grant.[12]

  1. B.                 KARYA JOHN DEWEY

            Sudah sedikit disinggung di atas bahwa karya-karya Dewey banyak mempengaruhi corak berpikir Amerika. Pengaruh ini juga banyak berasal dari buku-buku atau karya-karya yang dihasilkannya. Bukunya yang pertama yakni Psychology yang diterbitkan dalam tahun 1891. Dalam tahun 1891, bukunya Outlines of a Critica Theory of Etics diterbitkan. Tiga tahun kemudian, 1894, terbit lagi The Study Of Etics: A Syllabus. Ketika ia berkarya di Universitas Chicago, berturut-turut ia menerbitkan My Pedagogic Creed (1897), The School and Society (1903), dan Logical Conditions of a Scientific Treatment of Morality (1903). Ia juga banyak menghasilkan uku-buku ketika berada di Universitas Colombia seperti Ethics (1908), How We Think (1910), The Influence of Darwin and Other Essays in Contemporary Thought (1910), School of Tomorrow (1915), Democraty and Education (1916), Essays in Experimental Logic (1916), Recunstruction in Philosophy (1920), Human Nature and Conduct (1922), Experience and Nature (1925), The Quest for Certainty (1929), Art as Experience (1934), A Common Faith (1934), Experience and Education (1938), Logic: The Theory of Inquiry (1938), Theory of Valuation (1939), Education Today (1940), Problem of Men (1946), dan Knowing and The Known (1949).

C.AJARAN DAN KONSEP PEMIKIRAN JOHN DEWEY

            Filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungkapan mengenai perjuangan manusia secara terus-menerus dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai tradisi  yang membentuk budi manusia terhadap kecendrungan-kecendrungan ilmiah dan cita-cita politik  yang baru dan tidak sejalan dengan wewenang yang diakui. Tegasnya filsafat sebagai suatu alat untuk membuat penyesuaian-penyesuaian diantara yang lama dan yang barudalam suatu kebudayaan.[13]

            kita berpangkal dari pengalaman-pengalaman dan bergerak kembali menuju ke pengalaman-pengalaman. Gerak itu dibangkitkan segera ketika dihadapkan dengan suatu keadaan yang menimbulkan persoalan dalam dunia sekitarnya, dan gerak itu berakhir dalam beberapa perubahan dalam dunia sekitar atau dalam diri kita sendiri. Pengalaman yang langsung bukanlah soal pengetahuan, yang mengandung di dalamnya pemisahan antara subyek dan obyek, pemisahan antara pelaku dan sasarannya. Di dalam pengalaman langsung itu keduanya bukanlah dipisahkan, tetapi dipersatukan. Apa yang dialami tidak dipisahkan dari yang mengalaminya sebagai suatu hal yang penting atau yang berarti. Jikalau terdapat pemisahan antara subyek dan obyek hal itu bukan pengalaman melainkan pemikiran kembali atas pengalaman tadi. Pemikiran itulah yang menyusun sasaran pengetahuan.Menurut Dewey penyelidikan adalah transformasi yang terawasi atau terpimpin dari suatu keadaan yang tak menentu menjadi suatu keadaan yang tertentu. Penyelidikan berkaitan dengan penyusunan kembali pengalaman yang dilakukan dengan sengaja. Oleh karena itu penyelidikan dengan penilaiannya adalah suatu alat (instrumen). Jadi yang dimaksud dengan instrumentalisme adalah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu, dengan cara pertama-tama meyelidiki bagaimana pikiran berfungsi  dalam penentuan-penentuan yang berdasarkan pengalaman, yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.Sekolah sebagai lembaga penyelengara pendidikan menurut John Dewey mempunyai maksud dan tujuan untuk membangkitkan sikap hidup demokratis dan untuk memperkembangkannya. Hal ini harus dilakukan dengan berpangkal kepada pengalaman-pengalaman anak. Harus diakui bahwa tidak semua pengalaman berfaedah. Oleh karena itu sekolah harus memberikan sebagai “bahan pelajaran” pengalaman-pengalaman yang bermanfaat bagi masa depan anak sekaligus juga anak dapat mengalaminya sendiri. Sehingga anak didik dapat menyelidiki, menyaring, dan mengatur pengalaman-pengalaman tadi. Pandangan progresivisme mengenai konsep belajar bertumpu pada anak didik. Disini anak didik dipandang sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan dibandingkan makhluk-makhluk lain, yaitu akal dan kecerdasan. Dan dalam proses pendidikanlah peserta didik dibina untuk meningkatkan keduanya.Menurut progresivisme, proses pendidikan mempunyai dua segi, yaitu psikologis dan sosiologis. Dari segi sosiologis, pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga atau daya-daya yang ada pada anak didik yang akan dikembangkan. Psikologinya seperti yang berpengaruh di Amerika, yaitu pikologi dari aliran behaviorisme dan pragmatism.[14] Dari segi sosiologis, pendidik harus mengetahui ke mana tenaga-tenaga itu harus dibimbing.John Dewey mengatakan bahwa tenaga-tenaga pendidikan itu harus diabdikan pada kehidupan sosial; jadi mempunyai tujuan sosial. Maka pendidikan adalah proses sosial dan sekolah adalah suatu lembaga social.[15]

D. FSIKOLOGI FUNGTIONAL

            University of Michigan, Dewey diterbitkan pertama dua buku, Psikologi (1887), dan Essay Baru Leibniz Mengenai Human Understanding (1888), yang keduanya menyatakan komitmen awal Dewey untuk Inggris neo-Hegelianisme . Dalam Psikologi, Dewey mencoba melakukan sintesis antara idealisme dan ilmu pengetahuan eksperimental.[16]

            Sementara masih profesor filsafat di Michigan, Dewey dan rekan juniornya, James Hayden Tufts dan George Herbert Mead , bersama dengan muridnya James Rowland Angell , semua dipengaruhi kuat oleh publikasi terbaru dari William JamesPrinsip Psikologi (1890), mulai merumuskan psikologi, menekankan lingkungan sosial pada aktivitas pikiran dan perilaku daripada psikologi fisiologis Wundt dan para pengikutnya.

            Dengan 1894, Dewey telah bergabung Tufts, dengan siapa ia kemudian akan menulis Etika (1908), pada baru berdiri Universitas Chicago dan mengundang Mead dan Angell untuk mengikuti dia, empat orang membentuk dasar dari apa yang disebut “Chicago kelompok” psikologi.

            Gaya baru mereka psikologi, kemudian dijuluki psikologi fungsional , memiliki penekanan pada tindakan praktis dan aplikasi. Dalam Dewey artikel “Konsep Arc Reflex di Psikologi” yang muncul dalam Psychological Review pada tahun 1896, ia alasan melawan tradisional stimulus-respon pemahaman tentang busur refleks demi sebuah akun “melingkar” di mana apa yang berfungsi sebagai “stimulus” dan apa sebagai “tanggapan” tergantung pada bagaimana seseorang mempertimbangkan situasi, dan membela sifat Kesatuan sirkuit motor sensorik. Sementara ia tidak menyangkal adanya rangsangan, sensasi, dan respon, dia setuju bahwa mereka terpisah, peristiwa disandingkan terjadi seperti mata rantai dalam untaian. Dia mengembangkan gagasan bahwa ada koordinasi dengan mana rangsangan diperkaya oleh hasil pengalaman sebelumnya. Tanggapan dimodulasi oleh pengalaman sensorik.

            Dewey terpilih sebagai presiden American Psychological Association pada 1899.

            Pada tahun 1984, American Psychological Association mengumumkan bahwa Lillian Moller Gilbreth (1878-1972) telah menjadi psikolog pertama yang akan diperingati pada perangko Amerika Serikat. Namun, psikolog Gary Brucato Jr dan John D. Hogan kemudian membuat kasus bahwa perbedaan ini sebenarnya milik John Dewey, yang telah dirayakan pada cap Amerika 17 tahun sebelumnya. Sementara beberapa ahli sejarah psikologi mempertimbangkan Dewey lebih dari seorang filsuf daripada seorang psikolog bonafide,[17] para penulis mencatat bahwa Dewey adalah anggota pendiri dari APA, menjabat sebagai Presiden kedelapan APA tahun 1899, dan adalah penulis sebuah artikel 1896 di dengan busur refleks yang sekarang dianggap secara psikologi fungsional Amerika.[18]

            Dewey juga menyatakan minatnya untuk bekerja di psikologi persepsi visual dilakukan oleh Dartmouth penelitian profesor Adelbert Ames, Jr Dia memiliki masalah besar dengan mendengarkan, namun, karena diketahui Dewey tidak bisa membedakan lapangan musik – dengan kata lain adalah nada tuli .[19]

 

 

E. PEMIKIRAN JOHN DEWEY TENTANG PRAGMATISME

            Sebagai pengikut filsafat aliran pragmatisme, John dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata.Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiranpemikiran metafisis yang kurang praktis,tidak ada faedahnya.oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara kritis.

            Menurutnya tak ada sesuatu yang tetap,manusai senantiasa bergeraka dan berubah.Jika mengalami kesulitan,segera berpikir untuk mengatasi kesulitan itu.Maka berpikir tidak lain  daripada alat (instrument) untuk berrtindak.Kebenaran dari pengertian dapat ditinjau berhasil atau tidaknya mempengaruhi kenyataan.Satusatunya cara yang dapat dipercaya untuk mengatur pengalaman dan untuk mengetahui artinya yang sebenarnya adalah metode induktif.Metoda ini tidak hanya berlaku bagi ilmu pengetahuan Fisika,melainkan juga bagi persoalan-persoalan social dan moral.

JOHN DEWEY DAN PRAGMATISME

            Tokoh pragmatisme salah satunya adalah William James (1842-1910) dengan pemikiranya yang menitik beratkan bahwa kebenaran adalah apa yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan memperhatikan kegunaanya secara praktis, tokoh lain yang pemikiranya sama dengan dengan William James adalah John Dewey.

            Bagi John Dewey,tak adalah sesuatu yang tetap. Manusia itu bergerak dalam kesungguhan yang selalu berubah,jika manusia menjumpai kesulitan maka berpikir adalah alat untuk bertindak.Pengertian itu lahir dari pengalaman yang kebenaranya dilihat dari berhasil atu tidaknya mempengaruhi kesungguhan Dewey juga berpengaruh dalam bidang pendidikan.

            Menurut Dewey,penyelidikan adalah transformasi yang terawasi atau terpimpin dari suatu keadaan yang tidak menentu menjadi suatu keadaan yang tertentu  oleh  karena itu peyelidikan dengan penilayanya adalah instumen (alat). Jadi  instumentalisme adalah suatu usaha untuk meyusun suatu teori yang logis dari tempat dari konsep-konsep, pertumbangan-pertumbangan, peyimpulan-peyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara pertama-tama menyelidiki bagaimana pemikiran berpungsi dalam penentuan-penentuan dan berdasarkan pengalaman , yang mengenal konsequensi-konsekquensi dimasa depan.

ANALISIS TERHADAP PRAGMATISME JOHN DEWEY

            Secara etimologi pragmatisme berasal dari bahasa Yunani, pragma yang berarti guna, sesuatu yang dilakukan, tindakan kerja.[20] Adapun secara terminologi pragmatisme dapat diartikan sebagai aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan akibat-akibat (konsekuensi) yang bermanfaat secara praktis.[21] Sehingga disini benar atau tidaknya suatu teori tergantung pada bermanfaat atau tidaknya teori itu bagi kehidupan manusia; dan ukuran untuk segala perbuatan tergantung pada manfaatnya dalam praktek. Aliran Pragmatisme ini dikembangkan oleh orang-orang Amerika. Dengan dipelopori oleh Pierce, William James dan John Dewey. Sehingga orang-orang Amerika yang pada saat itu sedang sibuk mempelajari filsafat dari luar mulai sadar bahwa sebenarnya  dinegara mereka  terdapat filsafat yang telah digali dan digarap di tanah airnya sendiri.Untuk menganalisis teori kebenaran bagi Dewey, saya sedikit mengutip dari penjelasan Dewey dalam bukunya Harun Hadiwijono: “Kebenaran sama sekali bukan hal yang sekali ditentukan dan tidak boleh diganggu gugat, sebab dalam prakteknya kebenaran memiliki nilai fungsional yang tetap. Segala pernyataan yang kita anggap benar pada dasarnya dapat berubah”. Dari sedikit penyataan itu setidaknya bisa dipahami bahwa menurut Dewey kebenaran itu selalu berubah-ubah, progresif, dan bukan final. Jika memang demikian maksud Dewey alangkah sulitnya untuk mengatur kehidupan di dunia ini. Bisa dibayangkan apabila semua kebenaran yang ada sekarang hanya bersifat sementara, dan tidak ada kebenaran tetap. Kita akan hidup pada pegangan hidup yang tidak kuat  dan serba bimbang. Memang banyak kebenaran yang sifatnya sementara, sedang menjadi, belum final, tetapi apakah itu berlaku pada semuanya. Lalu bagaimana misalnya dengan pernyataan-pernyataan sederhana berikut ini ;“Gajah adalah hewan yang lebih besar dari semut”, Membunuh orang yang tidak bersalah adalah perbuatan salah”, “Memberi maaf pada seseorang adalah lebih baik dari pada membenci seseorang” Bagaiman Dewey memberikan penjelasan terhadap pernyataan tersebut. Sesuai dengan filsafat pragmatismenya, menurut pandangan Dewey tidak menghendaki adanya norma atau kaidah yang tetap dan yang terlebih dulu ditentukan oleh sejarah atau agama, karena ia tidak turut campur tangan pada waktu membuatnya. Norma harus timbul dari masyarakat sendiri yang selalu berubah, berganti sesuai dengan keadaan masyarakat yang senantiasa mengalami proses dan pergantian, dari suatu zaman ke zaman yang lain. Juga tujuan hidup yang erat hubungannya dengan kaidah itu wajib pula selalu berubah dan berganti menurut masanya. “Tak ada sesuatu yang tetap”Disamping itu juga, istilah bahwa segala sesuatu itu baik “apabila berguna” juga perlu di kritisi. Apabila itu dipergunakan secara umum dapat membahayakan. Karena nanti orang boleh berkata, “pergaulan bebas, kumpul kebo, atas dasar suka sama suka, adalah baik”, karena berguna, minuman keras boleh, karena “berguna”. Belum lagi ini berguna bagi siapa? bagi saya, bagi kamu. Dewey menolak ‘yang umum’; ia menerima yang khusus. Sehingga bisa dibayangkan hal itu akan menimbulkan kekacauan nilai, akan mengancam manusianya itu juga.   

 

 

 

 

 

 

F. PEMIKIRAN JOHN DEWEY TENTANG EPISTIMOLOGI

            Masalah terminologi dalam bidang epistemologi dan logika ini sebagian karena, menurut Dewey dan Bentley,[22] untuk penggunaan yang tidak efisien dan tidak tepat kata-kata dan konsep yang mencerminkan tiga tingkat bersejarah organisasi dan presentasi.[23] Dalam urutan kronologis penampilan, yaitu:

  • Self-Aksi: konsep pra-ilmiah dianggap manusia, hewan, dan hal-hal sebagai memiliki kekuasaan sendiri yang dimulai atau disebabkan tindakan mereka.
  • Interaksi: seperti yang dijelaskan oleh Newton, dimana hal, hidup dan anorganik, yang seimbang terhadap sesuatu dalam suatu sistem interaksi, misalnya, hukum ketiga menyatakan bahwa gerakan untuk setiap tindakan ada reaksi sama dan berlawanan.
  • Transaksi: di mana sistem modern deskripsi dan penamaan yang digunakan untuk menangani berbagai aspek dan tahap tindakan tanpa atribusi kepada badan akhir, akhir, atau independen, esens, atau realitas.

            Serangkaian penokohan Transaksi menunjukkan berbagai pertimbangan yang terlibat.[24]

PEMIKIRAN JOHN DEWEY TENTANG LOGIKA

            Dewey melihat paradoks dalam teori logis kontemporer. Proksimat peduli garners subjek kesepakatan umum dan muka, sedangkan materi pelajaran utama dari logika menghasilkan kontroversi tak henti-hentinya. Dengan kata lain, dia menantang ahli logika percaya diri untuk menjawab pertanyaan tentang kebenaran dari operator logika. Apakah mereka berfungsi hanya sebagai abstraksi (misalnya, matematika murni) atau mereka terhubung dalam beberapa cara penting dengan benda-benda mereka, dan karena itu mengubah atau membawa mereka kepada cahaya? [21]

            Positivisme logis juga menduga dalam pemikiran Dewey. Tentang gerakan ia menulis bahwa “eschews penggunaan ‘proposisi’ dan ‘istilah’, mengganti ‘kalimat’ dan ‘kata’.” (“Teori Umum Proposisi”, dalam Logika: Teori Permintaan) Dia menyambut perubahan referen “dalam sejauh itu perbaikan perhatian pada struktur simbolik dan isi proposisi.” Namun, ia mencatat keluhan kecil terhadap penggunaan “kalimat” dan “kata” dalam bahwa tanpa penafsiran-hati tindakan atau proses transposisi “menyempit terlalu lingkup simbol dan bahasa, karena tidak lazim untuk mengobati perilaku, dan diagram ( peta, cetak biru, dll) sebagai kata-kata atau kalimat. ” Dengan kata lain, kalimat dan kata, dipertimbangkan dalam isolasi, tidak mengungkapkan maksud, yang dapat disimpulkan atau “divonis hanya dengan cara konteks.”[25]

            Namun Dewey tidak sepenuhnya menentang tren logis modern. Mengenai logika tradisional, ia menyatakan:

            “Logika Aristotelian, yang masih melewati arus nominal, adalah logika didasarkan pada gagasan bahwa benda kualitatif adalah eksistensial dalam arti sepenuhnya. Untuk mempertahankan prinsip-prinsip logis berdasarkan konsepsi ini bersama dengan penerimaan teori eksistensi dan pengetahuan berdasarkan konsepsi yang berlawanan tidak, untuk sedikitnya, konduktif untuk kejelasan – pertimbangan yang memiliki banyak hubungannya dengan dualisme yang ada antara tradisional dan logika relasional lebih baru.

            Louis Menand berpendapat dalam Club Metafisik bahwa Jane Addams telah kritis penekanan Dewey pada antagonisme dalam konteks diskusi tentang pemogokan Pullman dari 1894. Dalam sebuah surat kemudian untuk istrinya, Dewey mengakui bahwa argumen Addams ‘adalah

            “Pameran yang paling megah iman intelektual & moral yang saya pernah melihat Dia dikonversi saya secara internal,. Tetapi tidak benar-benar, aku takut Ketika Anda berpikir bahwa Miss Addams tidak berpikir ini sebagai filsafat, namun percaya dalam semua indranya & otot – Besar Allah … saya kira saya harus memberikan [semua] up & mulai dari awal lagi “.

Dia melanjutkan untuk menambahkan,

            “Saya dapat melihat bahwa saya selalu menafsirkan akhir dialektika yang salah atas, kesatuan sebagai rekonsiliasi yang bertentangan, bukan berlawanan sebagai kesatuan dalam pertumbuhannya, dan dengan demikian diterjemahkan ketegangan fisik menjadi hal moral yang … saya don ‘ t tahu karena saya memberikan realitas ini sama sekali, … tampaknya begitu alami & lumrah sekarang, tapi aku tidak pernah memiliki apa-apa memegang saya begitu “.[26]

            Dalam sebuah surat kepada Addams dirinya sendiri, Dewey menulis, jelas dipengaruhi oleh percakapannya dengan dia:

            “Tidak hanya buruk yang sebenarnya berlawanan, tetapi asumsi bahwa ada atau mungkin antagonisme buruk – pada kenyataannya, pertentangan nyata pertama selalu datang kembali ke asumsi.”

G. PEMIKIRAN JOHN DEWEY TENTANG ESTETIKA

            Seni sebagai Pengalaman (1934) adalah tulisan utama Dewey pada estetika. Hal ini, menurut tempatnya dalam tradisi pragmatis yang menekankan komunitas, sebuah studi dari objek seni individu sebagai tertanam dalam (dan tak terpisahkan dari) pengalaman budaya lokal. Dewey mencoba untuk membenarkan koleksi istimewa seni modern yang dirancang oleh orang kaya C. Albert Barnes di Barnes Foundation . Lihat nya Pengalaman dan Alam untuk diskusi diperpanjang ‘Pengalaman’ dalam filsafat Dewey,Sementara dalam demokrasi,Tema utama dari karya Dewey adalah keyakinan yang mendalam dalam demokrasi, baik dalam politik, pendidikan atau komunikasi dan jurnalisme. Seperti Dewey sendiri menyatakan pada tahun 1888, sementara masih di University of Michigan, “adalah Demokrasi dan satu, utama, yang ideal etika kemanusiaan dalam benak saya sinonim.” [23]

Sehubungan dengan perkembangan teknologi dalam demokrasi:

            “Orang tidak menjadi masyarakat dengan hidup dalam kedekatan fisik lebih daripada seorang pria berhenti secara sosial dipengaruhi dengan menjadi kaki begitu banyak atau mil dihapus dari orang lain” -John Dewey dari “Masyarakat di Era Digital” Andrew Feenberg yang

            Karyanya pada demokrasi dipengaruhi salah seorang siswa, Dr Ambedkar , yang kemudian kemudian menjadi salah satu bapak pendiri India merdeka.[27]

H. PEMIKIRAN JOHN DEWEY PADA PENDIDIKAN

            John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental,baik menyangkut tentang piker ( intelektual ) maupun daya perasaan  (emosional), menuju kearah tabiat manusia dan manusia biasa,dari itu maka filsafat pendidikan dapat juga diartikan sebagai teori umum pendidikan.[28]

           John Dewey menyatakan pendidikan sebagai penataan ulang atau rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami dalam kehidupan individu sehingga segala sesuatu yang baru menjadi lebuh terarah dan bermakna,defenisi ini berarti bahwa seorang berpikir tentang pengalaman-pengalaman yang dilaluinya.Lebih jauh terkandung arti bahwa pendidikan seseorang terdidiri dari  segala sesuatu yang ia lakukan,dari mulai lahir sampai mati,kata kucinya adalah seseorang berbuat atau mengerjakan sesuatu .Seseorang belajar dengan cara melakukan sehingga pendidikan dapat terjadi diperpustakaan,kelas,tempat bermain,gymnasium perjalanan,ataupun dirumah.[29]

           Secara umum,pragmatism berarti hanya idea yang dapat dipraktikkan yang benar dan berguna.Idea-idea yang hanya ada dalam idea juga kebimbangan terhadap realitas objek indra,semua itu nonsense bagi pragmatism.yang ada ialah apa yang real ada.demikian menurut james tatkala ia membantah zeno yang mengaburkan arti gerak.[30]

             John Dewey juga memandang bahwa ada hubungan  yang erat antara filsafat dengan pendidikan ,oleh karena itu tugas filsafat  dan pendidikan adalah seiring , yaitu sama-sama memajukan  hidup manusia.Ahli filsafat lebih memperhatikan  tugas yang berkaitan dengan strategi pembentukan  manusia,sedangkan ahli pendidikan bertugas untuk lebih memperhatikan taktik  (cara ) agar strategi itu terwujud dalam kehidupan sehari-hari melalui proses pendidikan.

PENDEKATAN-PENDEKATAN FILSAFAT PENDIDIKAN

            John Dewey dalam bukunya yang berjudul “ Democracy dan Education” :

  1. Filsafat pendidikan adalah  bukanya suatu pola pemikiran yang jadi dan disiapkan sebelumnya dan datangnya dari luar kedalam suatu sistem  praktik,pelaksanaan yang amat sangat berbeda asal usulnya maupun tujuanya.
  2. Filsafat pendidikan  adalah suatu perumusan sacara jelas dan tegas eksplisit  tentang problema-problema pembentukan pola kehidupan mental dan moral dalam kaitanya menghadapi kesulitan yang timbul dalam kehidupan.
  3. Defenisi yang paling tepat adalah teori pendidikan  dalam pengertian yang umum  dan teoritis.

            Pada intinya,pokok pemikiran Dewey adalah tentang pendidikan sebagai proses social kemasyarakatan,adapun arah yang dituju dalam pemikiran Dewey tersebut adalah :

  1. Antara teori dan prektek yang saling mengontrol, teori dikontrol oleh praktek yang baik dan praktek dikontrol dan dilandasi oleh teoritis yang baik.
  2. Pendekatan problematic terhadap kenyataan sosiologis.Dalam merumuskan teori pendidikanya  ia menggali segala yang menggaris bawahi kenyataan-kenyataan yang hidup dalam masyarakat,dalam hal ini Dewey mengambil objek pemikiranya adalah masyarakat Amerika Serikat pada decade pertama.Problema social  yang dihadapi dengan cermat dan tepat,merumuskanya kedalam filsafat  pendidikanya,berdasar atas kesulitan yang dihadapi masyarakatnya dan mencoba merumuskanya kedalam suatu sistem  pemikiran filosofi yaitu filsafat problematic dan exsperimentalisme,dalam bentuk pola sikap mental intelektual dan sikap moral kesusilaan.Sikap mental yang dimaksudkan Deweey adalah pikiran sebagai alat  ( instrument )  untuk menyelesaikan problema dan kesulitan tersebut.
  3. Filsafat dan teori pendidikan

Menurut John Dewey filsafat dirumuskan sebagai teori pendidikan yang bersifat umum dan konseptual.Menurut John Dewey filsafat disamakan dengan teori pendidikan yang secara konseptual teori pendidikanya  dirumuskanya seebagai : suatu defenisi pendidikan yang lebih menekankan pada proses kegiatan yang datangnya  dari dalam anak didik sendiri sehingga kegiatan yang bersifat aktif dan selektif dari pihak anak didik dalam pendidikan dan pengajaran.

  1. Tiga bidang pembangunan serempak.artinya adalah pembaharuan social yang harus serempak dan searah tujuan dangan pembaharuan pemikiran filsafat dan sistem pendidikan.Maksudnya ketiga pokok pikiran diatas dilaksanakan searah dengan sikap mental dan moral yang sama,tidak boleh mendahului dan tidak boleh diarahkan pada tujuan yang berrtentangan atau berbeda.[31]

            METODE STUDI DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN

            John Dewey, pemikiranya adalah tentang berpikir Reflektif,yaitu suatu cara berpikir  yang dimulai dari adanya  problem-problem yang dihadapkan padanya untuk dipecahka[32]n.Kenyataan merupakan suatu problem,oleh paara ahli  dipandang sebagai problem yang besar,adapun pemecahanya oleh john dewey adalah sebagai berikut.

  1. Menganalisis situasi secara hati-hati dan mengumpulkan semua fakta yang diperoleh.Adil dan tidak memihak  serta tampa prejudice (prasangka) dalam mengobserfasi fakta-fakta.
  2. Pemecahan apa yang diusulkan dan ditetapka

           Menurut John Dewey,Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesame manusia.[33]

  1. Pengalaman dan Pertumbuhan

            Pemikiran John Dewey banyak dipengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin (1809-1882) yang mengajarkan bahwa hidup di dunia ini merupakan suatu proses, dimulai dari tingkatan terendah dan berkembang maju dan meningkat. Hidup tidak statis, melainkan bersifat dinamis. All is in the making, semuanya dalam perkembangan. Panda ngan Dewey mencerminkan teori evolusi dan kepercayaannya pada kapasitas manusia dalam kemajuan moral dan lingkungan masyarakat, khusunya malalui pendidikan.

            Menurut Dewey, dunia ini penciptaannya belum selesai. Segala sesuatu berubah, tumbuh, berkembang, tidak ada batas, tidak statis, dan tidak ada finalnya. Bahkan, hukum moral pun berubah, berkembang menjadi sempurna. Tidak ada batasan hukum moral dan tidak ada prinsip-prinsip abadi, baik tingkah laku maupun pengetahuan.

            Pengalaman (experience) adalah salah satu kunci dalam filsafat instrumentalisme. Pengalaman merupakan keseluruhan aktivitas manusia yang mencakup segala proses yang saling mempengaruhi antara organisme yang hidup dalam lingkungan sosial dan fisik. Filsafat instrumentalisme Dewey dibangun berdasarkan asumsi bahwa pengetahuan berpangkal dari pengalaman-pengalaman dan bergerak kembali menuju pengalaman. Untuk menyusun kembali pengalaman-pengalaman tersebut diperlukan pendidikan yang merupakan transformasi yang terawasi dari keadaan tidak menentu ke arah keadaan tertentu. Pandangan Dewey mengenai pendidikan tumbuh bersamaan dengan kerjanya di laboratorium sekolah untuk anak-anak di University of Chicago. Di lembaga ini, Dewey mencoba untuk mengupayakan sekolah sebagai miniatur komunitas yang menggunakan pengalaman-pengalaman sebagai pijakan. Dengan model tersebut, siswa dapat melakukan sesuatu secara bersama-sama dan belajar untuk memantapkan kemampuannya dan keahliannya.

            Sebagai tokoh pragmatisme, Dewey memberikan kebenaran berdasarkan manfaatnya dalam kehidupan praktis, baik secara individual maupun kolektif. Oleh karenanya, ia berpendapat bahwa tugas filsafat memberikan garis-garis arahan bagi perbuatan. Filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran metafisik yang sama sekali tidak berfaedah. Filsafat harus berpijak pada pengalaman dan menyelidiki serta mengolah pengalaman tersebut secara aktif dan kritis. Dengan cara demikian, filsafat menurut Dewey dapat menyusun norma-norma dan nilai-nilai.

  1. Tujuan Pendidikan

            Dalam menghadapi industrialisasi Eropa dan Amerika, Dewey berpendirian bahwa sistem pendidikan sekolah harus diubah. Sains, menurutnya, tidak mesti diperoleh dari buku-buku, melainkan harus diberikan kepada siswa melalui praktek dan tugas-tugas yang berguna. Belajar harus lebih banyak difokuskan melalui tindakan dari pada melalui buku. Dewey percaya terhadap adanya pembagian yang tepat antara teori dan praktek. Hal ini membuat Dewey demikian lekat dengan atribut learning by doing. Yang dimaksud di sini bukan berarti ia menyeru anti intelektual, tetapi untuk mengambil kelebihan fakta bahwa manusia harus aktif, penuh minat dan siap mengadakan eksplorasi.

            Dalam masyarakat industri, sekolah harus merupakan miniatur lokakarya dan miniatur komunitas. Belajar haruslah dititiktekankan pada praktek dan trial and error. Akhirnya, pendidikan harus disusun kembali bukan hanya sebagai persiapan menuju kedewasaan, tetapi pendidikan sebagai kelanjutan pertumbuhan pikiran dan kelanjutan penerang hidup. Sekolah hanya dapat memberikan kita alat pertumbuhan mental, sedangkan pendidikan yang sebenarnya adalah saat kita telah meninggalkan bangku sekolah, dan tidak ada alasan mengapa pendidikan harus berhenti sebelum kematian menjemput.

            Tujuan pendidikan adalah efisiensi sosial dengan cara memberikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan demi pemenuhan kepentingan dan kesejahteraan bersama secara bebas dan maksimal. Tata susunan masyarakat yang dapat menampung individu yang memiliki efisiensi di atas adalah sistem demokrasi yang didasarkan atas kebebasan, asas saling menghormati kepentingan bersama, dan asas ini merupakan sarana kontrol sosial. Mengenai konsep demokrasi dalam pendidikan, Dewey berpendapat bahwa dalam proses belajar siswa harus diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat. Siswa harus aktif dan tidak hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Begitu pula, guru harus menciptakan suasana agar siswa senantiasa merasa haus akan pengetahuan.

            Karena pendidikan merupakan proses masyarakat dan banyak terdapat macam masyarakat, maka suatu kriteria untuk kritik dan pembangunan pendidikan mengandung cita-cita utama dan istimewa. Masyarakat yang demikian harus memiliki semacam pendidikan yang memberikan interes perorangan kepada individu dalam hubungan kemasyarakatan dan mempunyai pemikiran yang menjamin perubahan-perubahan sosial.

            Dasar demokrasi adalah kepercayaan dalam kapasitasnya sebagai manusia. Yakni, kepercayaan dalam kecerdasan manusia dan dalam kekuatan kelompok serta pengalaman bekerja sama. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa semua dapat menumbuhkan dan membangkitkan kemajuan pengetahuan dan kebijaksanaan yang dibutuhkan dalam kegiatan bersama.

            Ide kebebasan dalam demokrasi bukan berarti hak bagi individu untuk berbuat sekehendak hatinya. Dasar demokrasi adalah kebebasan pilihan dalam perbuatan (serta pengalaman) yang sangat penting untuk menghasilkan kemerdekaan inteligent. Bentuk-bentuk kebebasan adalah kebebasan dalam berkepercayaan, mengekspresikan pendapat, dan lain-lain. Kebebasan tersebut harus dijamin, sebab tanpa kebebasan setiap individu tidak dapat berkembang.

            Filsafat tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, karena filsafat pendidikan merupakan rumusan secara jelas dan tegas membahas problema kehidupan mental dan moral dalam kaitannya dengan menghadapi tantangan dan kesulitan yang timbul dalam realitas sosial dewasa ini. Problema tersebut jelas memerlukan pemecahan sebagai solusinya. Pikiran dapat dipandang sebagai instrumen yang dapat menyelesaikan problema dan kesulitan tersebut.

            Di dalam filsafat John Dewey disebutkan adanya experimental continum atau rangkaian kesatuan pengalaman, yaitu proses pendidikan yang semula dari pengalaman menuju ide tentang kebiasaan (habit) dan diri (self) kepada hubungan antara pengetahuan dan kesadaran, dan kembali lagi ke pendidikan sebagai proses sosial. Kesatuan rangkaian pengalaman tersebut memiliki dua aspek penting untuk pendidikan, yaitu hubungan kelanjutan individu dan masyarakat serta hubungan kelanjutan pikiran dan benda.[34]

            Teori pendidikan Dewey disajikan dalam Creed Pedagogik saya (1897), Sekolah dan Masyarakat (1900), Child dan Kurikulum (1902), Demokrasi dan Pendidikan (1916) dan Pengalaman dan Pendidikan (1938). Sepanjang tulisan-tulisan ini, tema yang berulang beberapa berdering benar; Dewey terus berpendapat bahwa pendidikan dan pembelajaran adalah proses sosial dan interaktif, dan dengan demikian sekolah itu sendiri adalah lembaga sosial melalui reformasi sosial yang dapat dan harus dilakukan. Selain itu, ia percaya bahwa siswa berkembang dalam lingkungan di mana mereka diizinkan untuk mengalami dan berinteraksi dengan kurikulum, dan semua siswa harus memiliki kesempatan untuk ambil bagian dalam pembelajaran mereka sendiri.

            Ide-ide demokrasi dan reformasi sosial yang terus dibahas dalam tulisan-tulisan Dewey tentang pendidikan. Dewey membuat kasus yang kuat untuk pentingnya pendidikan tidak hanya sebagai tempat untuk mendapatkan pengetahuan konten, namun juga sebagai tempat untuk belajar bagaimana untuk hidup. Di matanya, tujuan pendidikan tidak harus berputar di sekitar akuisisi satu set yang telah ditentukan keterampilan, melainkan realisasi potensi penuh seseorang dan kemampuan untuk menggunakan keterampilan-keterampilan untuk kebaikan yang lebih besar. Dia mencatat bahwa “untuk mempersiapkan dirinya untuk kehidupan masa depan berarti memberinya perintah dari dirinya sendiri, artinya sehingga untuk melatih dia bahwa ia akan memiliki penggunaan penuh dan siap semua kapasitasnya”. (. Tahun 1897, hal 6).[35] Selain membantu siswa menyadari potensi penuh mereka, Dewey melanjutkan dengan mengakui bahwa pendidikan dan sekolah adalah instrumental dalam menciptakan perubahan sosial dan reformasi. Dia mencatat bahwa “pendidikan adalah pengaturan proses datang untuk berbagi dalam kesadaran sosial, dan bahwa penyesuaian kegiatan individu atas dasar kesadaran sosial ini adalah metode yang hanya yakin rekonstruksi sosial” (1897, hal 16.) .

            Selain ide-idenya tentang apa pendidikan dan apa efek harus memiliki pada masyarakat, Dewey juga memiliki pengertian khusus mengenai bagaimana pendidikan harus dilakukan dalam kelas. Dalam Anak dan Kurikulum (1902), Dewey membahas dua sekolah bertentangan utama pemikiran tentang pedagogi pendidikan. Yang pertama berpusat pada kurikulum dan berfokus hampir semata-mata pada materi pelajaran yang akan diajarkan. Dewey berpendapat bahwa kelemahan utama dalam metodologi ini adalah aktivitas siswa, dalam kerangka kerja tertentu, “adalah anak hanyalah makhluk yang belum dewasa adalah jatuh tempo, ia adalah makhluk yang dangkal adalah untuk diperdalam” (1902, hal 13).[36] Dia berpendapat bahwa agar pendidikan menjadi paling efektif, konten harus disajikan dengan cara yang memungkinkan siswa untuk menghubungkan informasi untuk pengalaman sebelumnya, sehingga memperdalam hubungan dengan pengetahuan baru ini.

            Pada saat yang sama, Dewey khawatir dengan banyak “anak-berpusat” ekses dari pendidikan sekolah pendidik yang mengaku sebagai pengikutnya, dan ia berpendapat bahwa terlalu banyak ketergantungan pada si anak bisa sama-sama merugikan proses belajar. Dalam kedua sekolah pemikiran, “kita harus mengambil sikap kita dengan anak dan keberangkatan kami dari padanya. Hal ini ia dan bukan subjek-materi yang menentukan kualitas dan kuantitas pembelajaran” (Dewey, 1902, hal. 13-14 ). Menurut Dewey, cacat potensial dalam garis pemikiran ini adalah bahwa hal itu meminimalkan pentingnya konten serta peran guru.

            Dalam rangka untuk memperbaiki dilema ini, Dewey menganjurkan untuk struktur pendidikan yang menyerang keseimbangan antara memberikan pengetahuan sementara juga mempertimbangkan kepentingan dan pengalaman siswa. Dia mencatat bahwa “anak dan kurikulum hanya dua batas yang menentukan proses tunggal. Sama seperti dua poin mendefinisikan garis lurus, sehingga sudut pandang ini anak dan fakta-fakta dan kebenaran studi mendefinisikan instruksi” (Dewey, 1902, p 16).. Melalui alasan ini bahwa Dewey menjadi salah satu pendukung paling terkenal dari tangan-pembelajaran atau pendidikan pengalaman , yang berkaitan dengan, tetapi tidak identik dengan pengalaman belajar . Dia berpendapat bahwa “jika pengetahuan berasal dari tayangan yang dibuat pada kita oleh benda-benda alam, tidak mungkin untuk mendapatkan pengetahuan tanpa penggunaan benda yang mengesankan pikiran” (Dewey, 1916/2009, hal. 217-218).[37] ide Dewey kemudian mempengaruhi banyak model lain pengalaman berpengaruh dan pendukung. Banyak peneliti bahkan kredit dia dengan pengaruh Pembelajaran Proyek Berdasarkan (PBL) yang menempatkan siswa dalam peran aktif dari peneliti.

            Dewey tidak hanya kembali membayangkan cara bahwa proses pembelajaran harus dilakukan, tetapi juga peran bahwa guru harus bermain dalam proses tersebut. Menurut Dewey, guru tidak boleh salah satu untuk berdiri di depan ruang membagikan bit informasi untuk diserap oleh siswa pasif. Sebaliknya, peran guru harus sebagai fasilitator dan panduan. Seperti Dewey (1897) menjelaskan hal itu:

            Guru tidak di sekolah untuk memaksakan ide-ide tertentu atau untuk membentuk kebiasaan tertentu pada anak, tetapi ada sebagai anggota masyarakat untuk memilih pengaruh yang akan mempengaruhi anak dan untuk membantu dia dengan benar menanggapi pengaruh-pengaruh (p 9)..

            Dengan demikian guru menjadi mitra dalam proses pembelajaran, membimbing siswa untuk secara independen menemukan makna dalam wilayah subjek. Filosofi ini telah menjadi ide yang semakin populer dalam masa kini program guru persiapan.

            Selain keterlibatannya sangat aktif dan langsung dalam mendirikan lembaga pendidikan seperti Universitas Chicago Laboratorium Sekolah (1896) dan The New School for Social Research (1919), banyak ide-ide Dewey dipengaruhi berdirinya Bennington College dan Goddard College di Vermont, di mana ia menjabat di Dewan Pengawas. Karya Dewey dan filsafat juga diadakan pengaruh besar dalam penciptaan yang berumur pendek Mountain College Hitam di North Carolina, sebuah perguruan tinggi eksperimental difokuskan pada studi interdisipliner, dan yang fakultas termasuk Buckminster Fuller , Willem de Kooning , Charles Olson , Franz Kline , Robert Duncan , dan Robert Creeley , antara lain. Black Mountain College adalah lokus dari “Poets Black Mountain” sekelompok avant-garde penyair erat dengan Beat Generation dan San Francisco Renaissance .

Relevansi pemikiran John Dewey pada pendidikan di Indoensia

            Pendidikan partisipatif, yaitu pendidikan yang dalam prosesnya menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam pendidikan.[38] Pola pendidikan partisipatif menuntut para peserta didik agar dapat melakukan pendidikan secara aktif. Bukan hanya pasif, mendengar, mengikuti, mentaati, dan mencontoh guru. Tanpa mengetahui apakah yang diikutinya baik atau buruk. Dalam pendidikan partisipatif seorang pendidik lebih berperan sebagai tenaga fasilitator, sedangkan keaktivan lebih dibebankan kepada peserta didik. Pendidikan partisipatif dapat diterapkan dengan cara mengaktifkan peserta didik pada proses pembelajaran yang berlangsung. Siswa dituntut untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional, keterampilan, kreatifitas. Dengan cara melibatkan siswa secara langsung ke dalam proses belajar. Sehingga nantinya peserta didik dapat secara mandiri mencari problem solving dari masalah yang ia hadapi.Model pendidikan partisipatif bertumpu pada nilai-nilai demokratis, pluralisme, dan kemerdekaan peserta didik. Dengan landasan nilai-nilai tersebut fungsi pendidik lebih sebagai falisitator yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi peserta didik untuk berekspresi, berdialog, dan berdiskusi.Kalau kita membandingkan antara konsep pendidikan John Dewey dengan kurikulum yang sekarang dialami, maka kita akan menemukan kesamaan, yaitu adanya kebebasan kepada para pendidik untuk membuat kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ada. Tidak lagi tersentral separti pemerintahan Soeharto.Sekolah yang akan dihasilkan adalah sekolah yang sedikit mata pelajaran. Namun, itu berguna bagi masyarakat. Sebab, kadang pelajaran yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan masrakat yang ada. Sebenarnya di Indonesia sudah banyak sekolah seperti tersebut. Diantaranya; SMK dan STM.Dari segi gurunya, dengan menggunakan pendidikan partisipatif, maka guru bukan lagi sebagai sentral pengajaran. Akan tetapi fungsi guru lebih sebagai fasilitator, sehingga setiap siswa turut berpartisipaif dalam proses belajar. Dengan demikian maka seorang guru akan dapat membawa siswa menuju apa yang dicita-citakannya. [39]

            Meskipun Dewey disebut filsafat sebagai ” instrumentalisme “daripada pragmatisme , dia adalah salah satu dari tiga tokoh utama dalam pragmatisme Amerika, bersama dengan Charles Sanders Peirce , yang menemukan istilah, dan William James , yang mempopulerkannya. Dewey bekerja dari sangat Hegelian pengaruh, tidak seperti James, yang intelektual garis keturunan terutama Inggris , menggambar terutama pada empiris dan utilitarian ide.[40] Baik adalah Dewey jadi pluralis atau relativis sebagai James. Dia menyatakan bahwa nilai adalah fungsi bukan dari kehendak dan juga bukan murni dari konstruksi sosial, tetapi kualitas terletak di peristiwa (“alam itu sendiri adalah sedih dan menyedihkan, bergolak dan penuh gairah” (Pengalaman dan Alam).

            James juga menyatakan bahwa eksperimen (sosial, budaya, teknologi, filosofis) dapat digunakan sebagai penengah perkiraan kebenaran . Misalnya dia merasa bahwa, bagi banyak orang yang tidak memiliki ” over-keyakinan “dari agama konsep, kehidupan manusia itu dangkal dan agak tidak menarik, dan bahwa sementara tidak ada satu keyakinan agama bisa ditunjukkan sebagai yang benar, kita semua bertanggung jawab untuk membuat berjudi pada satu atau lain teisme , ateisme , monisme , dll Dewey, sebaliknya, sementara menghormati fungsi penting bahwa lembaga-lembaga keagamaan dan praktek bermain dalam kehidupan manusia, menolak keyakinan yang ideal dalam setiap statis, seperti pribadi dewa . Dewey merasa bahwa hanya metode ilmiah bisa diandalkan untuk meningkatkan baik manusia.

            Dari gagasan tentang Allah, Dewey berkata, “itu menandakan kesatuan semua ujung yang ideal membangkitkan kita untuk keinginan dan tindakan.”[41]

            Seperti munculnya kembali filsafat progresif pendidikan, kontribusi Dewey dengan filsafat seperti itu (dia, setelah semua, jauh lebih seorang filsuf profesional dari seorang pendidik) juga muncul kembali dengan penilaian ulang pragmatisme, dimulai pada akhir tahun 1970, oleh para filsuf seperti Richard Rorty , Richard J. Bernstein dan Hans Joas .

            Karena pendapatnya berorientasi proses dan sosiologis sadar akan dunia dan pengetahuan , teori kadang-kadang dianggap sebagai alternatif yang bermanfaat untuk kedua yang modern dan postmodern teori. Non-Dewey dasar metode pra-tanggal postmodernisme oleh lebih dari setengah abad. Eksponen terbaru (seperti Rorty) tidak selalu tetap setia pada ide asli Dewey, meskipun ini sendiri adalah benar-benar konsisten dengan penggunaan sendiri Dewey dari penulis lain dan dengan filosofi-untuk sendiri Dewey, doktrin masa lalu selalu membutuhkan rekonstruksi agar tetap bermanfaat bagi saat ini.

            Filosofi Dewey telah memiliki nama lain dari “pragmatisme”. Dia telah disebut instrumentalis, seorang pencoba , seorang empiris , seorang fungsionalis , dan naturalis . Istilah “transaksi” yang lebih baik mungkin menguraikan pandangannya, istilah yang ditekankan oleh Dewey di tahun kemudian untuk menggambarkan teorinya tentang pengetahuan dan pengalaman.

 

  1. PEMIKIRAN JOHN DEWEY TENTANG JURNALISME

            Sejak pertengahan 1980-an, ide Deweyan telah mengalami kebangkitan sebagai sumber utama inspirasi bagi gerakan jurnalisme publik. Definisi Dewey tentang “masyarakat,” seperti yang dijelaskan dalam Publik dan Masalah-nya , memiliki implikasi besar bagi pentingnya jurnalisme dalam masyarakat. Seperti yang disarankan oleh judul buku, perhatiannya adalah hubungan transaksional antara publik dan masalah. Juga tersirat dalam namanya, jurnalisme publik berusaha untuk mengarahkan komunikasi dari elit, hegemoni korporasi menuju ruang publik sipil. “The ‘publik’ jurnalis publik adalah publik Dewey.”

            Dewey memberikan definisi konkret untuk pembentukan publik. Publik adalah kelompok spontan dari warga yang memiliki efek tidak langsung dari sebuah tindakan tertentu. Siapapun yang terkena konsekuensi tidak langsung dari tindakan tertentu secara otomatis akan berbagi kepentingan bersama dalam mengendalikan mereka konsekuensi, yaitu pemecahan masalah yang umum. [28]
Karena setiap tindakan menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan , publik terus muncul, tumpang tindih, dan hancur.

            Dalam Negeri dan Masalah nya, Dewey menyajikan sanggahan untuk Walter Lippmann risalah itu tentang peran jurnalisme dalam demokrasi. Model Lippmann adalah model transmisi dasar di mana wartawan mengambil informasi yang diberikan kepada mereka oleh para ahli dan elit, dikemas kembali bahwa informasi dalam hal sederhana, dan mengirimkan informasi ke publik, yang perannya adalah untuk bereaksi secara emosional terhadap berita. Dalam modelnya, Lippmann seharusnya bahwa masyarakat tidak mampu pikiran atau tindakan, dan bahwa semua pemikiran dan tindakan harus diserahkan kepada para ahli dan elit.

            Dewey membantah model ini dengan menganggap bahwa politik adalah pekerjaan dan tugas setiap individu dalam perjalanan rutin sehari-hari. Pengetahuan yang dibutuhkan untuk terlibat dalam politik, dalam model ini, harus dihasilkan oleh interaksi warga negara, elite, para ahli, melalui mediasi dan fasilitasi jurnalisme. Dalam model ini, tidak hanya pemerintah bertanggung jawab, tetapi warga negara, ahli, dan aktor-aktor lain juga.

            Dewey juga mengatakan bahwa jurnalisme harus sesuai dengan yang ideal ini dengan mengubah penekanan dari tindakan atau kejadian (memilih pemenang situasi tertentu) untuk alternatif, pilihan, konsekuensi, dan kondisi, untuk mendorong pembicaraan dan meningkatkan generasi pengetahuan. Jurnalisme tidak hanya menghasilkan produk yang statis yang menceriterakan apa yang sudah terjadi, tetapi berita itu akan berada dalam keadaan konstan evolusi sebagai nilai tambah publik dengan menghasilkan pengetahuan. “Penonton” akan berakhir, digantikan oleh warga negara dan kolaborator yang dasarnya akan menjadi pengguna, melakukan lebih banyak dengan berita dari sekedar membacanya. Mengenai usahanya untuk mengubah jurnalistik, ia menulis dalam The Publik dan Masalah-nya: “Sampai Masyarakat Besar dikonversi ke Komunitas Besar, Public akan tetap dalam gerhana Komunikasi sendiri dapat menciptakan sebuah komunitas yang besar.” (Dewey, hal 142. ).[42]

            Dewey percaya bahwa komunikasi menciptakan komunitas besar, dan warga negara yang berpartisipasi secara aktif dengan kehidupan publik berkontribusi terhadap komunitas tersebut. “Kesadaran yang jelas tentang kehidupan yang komunal, di semua implikasinya, merupakan ide demokrasi.” (Publik dan Masalah-nya, hal. 149). Ini Komunitas Besar hanya dapat terjadi dengan “pergaulan bebas dan penuh.” (Hal. 211) Komunikasi dapat dipahami sebagai jurnalisme. Sedang pada humanism,Dewey berpartisipasi dengan berbagai kegiatan humanis dari tahun 1930 ke tahun 1950-an, termasuk duduk di dewan penasihat Charles Francis Potter ‘s Masyarakat Humanis Pertama New York (1929); menjadi salah satu dari 34 penandatangan asli yang pertama Manifesto Humanis (1933) dan terpilih sebagai anggota kehormatan dari Humanis Press Association (1936).[43]

            Pendapatnya tentang humanisme yang terbaik diringkas dalam kata-katanya sendiri dari sebuah artikel berjudul “Apa Humanisme Berarti Me”, diterbitkan dalam edisi Juni 1930 dari Thinker 2:

            “Apa Humanisme berarti bagi saya merupakan perluasan, bukan kontraksi, kehidupan manusia, perluasan di mana alam dan ilmu alam yang dibuat para hamba bersedia kebaikan manusia.” – John Dewey, “Apa Humanisme Berarti kepada-Ku”.[44]lain halnya pemikiranya pada aktivisme Sebagai advokat besar bagi kebebasan akademik, pada tahun 1935 Dewey, bersama dengan Albert Einstein dan Alvin Johnson , menjadi anggota bagian Amerika Serikat dari Liga Internasional untuk Kebebasan Akademik,[45] dan pada tahun 1940, bersama dengan Horace M Kallen , diedit serangkaian artikel berkaitan dengan terkenal Bertrand Russell Kasus .

            Selain aktif dalam membela kemerdekaan guru, dan menentang pengambilalihan komunis dari Uni York New Guru, [ rujukan? ] Dewey terlibat dalam organisasi yang akhirnya menjadi Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna (NAACP) .

            Dia memimpin terkenal Komisi Dewey diadakan di Meksiko pada 1937, yang dibersihkan Leon Trotsky dari tuduhan yang dibuat terhadap dirinya oleh Joseph Stalin .[46] dan berbaris hak-hak perempuan, di antara penyebab lainnya.

            Pada tahun 1950, Dewey, Bertrand Russell , Benedetto Croce , Karl Jaspers , dan Jacques Maritain setuju untuk bertindak sebagai ketua kehormatan dari Kongres untuk Kebebasan Budaya .[47

BAB II

PENUTUP

A.KESIMPULAN

John Dewey dilahirkan di Burlington pada tahun 1895,Setelah menyelesaikan studinya di Baltimore,ia menjadi guru besar dibidang filsafat dan juga dibidang pendidikan pada Universitas Chicago ( 1895-1904 ) dan akhirnya di universitas Colombia (1904-1921).[48]

 

            Setelah dua tahun sebagai guru sekolah menengah di Oil City, Pennsylvania dan satu sekolah pengajaran dasar di kota kecil Vermont Charlotte, Dewey memutuskan bahwa ia tidak cocok untuk bekerja di pendidikan dasar atau menengah. Setelah mempelajari dengan George Sylvester Morris , Charles Sanders Peirce , Herbert Baxter Adams , dan G. Stanley Hall , Dewey menerima gelar Ph.D. dari School of Arts & Sciences di Universitas Johns Hopkins . Pada tahun 1884, ia menerima posisi fakultas di Universitas Michigan (1884-1888 dan 1889-1894) dengan bantuan George Sylvester Morris . Disertasi yang tidak diterbitkan dan sekarang hilang berjudul “The Psychology of Kant .

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


[1] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat II, (Yogyakarta : Kanisius, 2004), hal. 133 Edisi penelusuran google : http://abbas85.wordpress.com/2007/12/17/konsep-pendidikan-john-dewey/.

[2] John Dewey, Perihal Kemerdekaan dan Kebudayaan, alih bahasa E.M. Aritonang, (Jakarta: Saksana, 1955), hlm. 5 Edisi penelusuran google; http://siti-amaliyah-uin-bi-2b.blogspot.com/2008/04/teori-john-dewey.html

[3] Ag. Soejono, Aliran Baru dalam Pendidikan, (Bandung : CV. Ilmu, 1980), hal. 126

[4] Brucato, G. & Hogan, JD (1999, Spring). “Psikolog pada perangko” Para Psikolog Umum, 34 (1): 65

[5] Baik (2006) Sebuah Pencarian untuk Bhinneka Tunggal Ika:.. The “Tetap Hegelian Deposit”  dalam Filsafat John Dewey Lexington Books.

[6] Sebuah Iman umum, hal. 42 (LW 9:29).

[7] a b “Masalah Subject Matter logis”, dalam Logika: Teori Permintaan 1938

[8] Sudarsono,ilmu filsafat,Rineka cipta,2008,hal.79

[9] Louis Menand p Klub Metafisika.. 313

 

[10] Pekerjaan Awal, 1:128 (Southern Illinois University Press) op dikutip di Douglas R. Anderson, AAR, The Journal of American Academy of Religion, Vol. 61, No 2 (1993), hal. 383

[11] Dewey, J. (2009) Demokrasi dan pendidikan:. Pengantar filsafat pendidikan. Jakarta: WLC. (Pekerjaan Asli diterbitkan 1916)

[12] Dewey, J. 1927. Publik dan Masalah-nya. Henry Holt & Co, New York. pp 126.

[13] Syadali ahmad,filsafat umum,1997,Bandung,pustaka setia.16

 

[14] Y. B. Suparlan, Aliran-aliran Baru Dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Andi Offset, 1984), hlm. 82-84

[15] I. Djumhur dan H. Danasuparta, Sejarah Prndidikan, (Bandung: CV. Ilmu, 0974), 88-90.

[16] Miring dalam bahasa aslinya. “Apa Humanisme Berarti kepada-Ku,” pertama kali diterbitkan pada Thinker 2 (Juni 1930): 9-12, sebagai bagian dari seri. Dewey: Halaman lw.5.266 [The Dikumpulkan Pekerjaan John Dewey,, 1882-1953 Edisi Elektronik]

[17] Ryan, John Dewey dan air pasang liberalisme Amerika

[18] William Paringer, John Dewey dan paradoks reformasi liberal (1990) hal. 13

[19] William R. Caspary, Dewey tentang Demokrasi. (2000)

[20] Zamahsary Dhofir,Kamus Filsafat, (Bandung : Rosda Karya, 1990), hal. 261

[21] Asmoro Ahmadi, Filsafat Umum, ( Jakarta  : Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 118.

 

[22] Benjamin, LT (2003). “Mengapa tidak bisa Psikologi Dapatkan Stamp itu?” Jurnal terapan studi psikoanalitik 5 (4):. 443-454.

[23] Brucato, G. & Hogan, JD (1999, Spring). “Psikolog pada perangko” Para Psikolog Umum, 34 (1): 65

[24] Baik (2006) Sebuah Pencarian untuk Bhinneka Tunggal Ika:.. The “Tetap Hegelian Deposit” dalam Filsafat John Dewey Lexington Books.

[25] Sebuah Iman umum, hal. 42 (LW 9:29).

[26] ab “Masalah Subject Matter logis”, dalam Logika: Teori Permintaan 1938

[27] Pekerjaan Awal, 1:128 (Southern Illinois University Press) op dikutip di Douglas R. Anderson, AAR, The Journal of American Academy of Religion, Vol. 61, No 2 (1993), hal. 383

[28] John Dewey,democracy and Education,p.383,edisi Muzayyin Arifin,filsafat pendidikan islam,2003.Bandung;Pustaka Setia,halaman.3

[29] Atang Suherman,Menuju perkembangan menyeluruh,2001,Direktoriat Jendral Olah Raga,Jakarta,hal 1

[30] Atang abdul hakim,beni ahmad saebeni,filsafat umum,bandung,pustaka setia,2008.h;320

 

[31] Prasetya.filsafat pendidikan,1997,Bandung,Pustaka setia,hal.23-28

[32] John Dewey,an Introduction of reflektif thinking,by cilombia,University A Sicciety dalam edisi Muzayyin Arifin,filsafat pendidikan islam,2003.Bandung;Pustaka Setia,halaman.3

[33] Ahmadi Abu,DKK,Ilmu pendidikan,2001.Jakarta,Rineka Cipta,hal.69

[35] Dewey, J. (2009) Demokrasi dan pendidikan:. Pengantar filsafat pendidikan. Jakarta: WLC. (Pekerjaan Asli diterbitkan 1916)

[36] Dewey, J. 1927. Publik dan Masalah-nya. Henry Holt & Co, New York. pp 126.

[37] Miring dalam bahasa aslinya. “Apa Humanisme Berarti kepada-Ku,” pertama kali diterbitkan pada Thinker 2 (Juni 1930): 9-12, sebagai bagian dari seri. Dewey: Halaman lw.5.266 [The Dikumpulkan Pekerjaan John Dewey,, 1882-1953 Edisi Elektronik]

[38] Muis Sad Iman, M.Ag. Pendidikan Partisipatif: Menimbang Konsep Fitrah dan Progresivisme John Dewey, Yogyakarta: Safiria Insani Press & MSI UII, 2004, hlm. 3

[40] Alan Ryan, John Dewey dan High Tide Liberalisme Amerika, (1995) p 32

[41] Hilda M. Neatby, Jadi Sedikit untuk Pikiran (Toronto: Clarke Irwin & Co Ltd, 1953), pp.22-23.

 

[42] Ryan, John Dewey dan air pasang liberalisme Amerika

[43] William Paringer, John Dewey dan paradoks reformasi liberal (1990) hal. 13

[44] William R. Caspary, Dewey tentang Demokrasi. (2000)

[45] Baird, Robert B Westbrook (1993). John Dewey dan Demokrasi Amerika. Cornell University Press. ISBN 0-8014-8111-2 .

[46] Stephen Rockefeller, John Dewey: Iman Agama dan Humanisme Demokrat. (1994) p 13

 

[48] Sudarsono,ilmu filsafat,Rineka cipta,2008,hal.79